1. KAB-KABS - Lebanon
2. PADUKAS - India
Sepatu ini hanya terdiri dari alas kakinya serta tombol, yang terletak di antara jempol kaki masing-masing sepatunya. Sekitar tahun 1700-an. Ceremonial padukas, atau toe-knob, adalah nama alas kaki utama tertua India. Mereka umumnya terbuat dari perak, kayu, besi atau bahkan gading. Bahkan ada Spiked Paduka (Paduka dengan paku besar) digunakan untuk masokisme. Masokisme adalah untuk mendapatkan kepuasan atau gairah seksual dengan memiliki rasa sakit yang ditimbulkan pada diri sendiri. Sandal Spiked Padukas yang dikenakan oleh orang India yang menganut Hindu Sadhus, atau orang-orang suci. Beberapa masokis menikmati bentuk aichmophilia (jarum dan paku). Setelah rasa sakit telah terasa selama 20-40 menit, tubuh akan mulai memproduksi bahan kimia candu seperti untuk mengurangi sensasi rasa sakit. Pelepasan bahan kimia ini menyebabkan kualitas anestesi, gembira dan trans yang diduga meningkatkan sensitivitas seksual.
3. Wooden Bridal Shoes - Perancis
Terbuat dari sebongkah kayu yang diambil pohon walnut beserta akarnya, para pria biasanya membuat sepatu ini untuk diberikan pada calon istrinya kelak. Sepatu aneh dan unik ini berasal dari dari Bethmale Valley, selatan kota Saint Girons di distrik Ariege. Mereka percaya jika semakin tinggi ujungnya, semakin tinggi pula rasa cinta sang suami pada sang istri.
4. Lotus Shoes - China
Tradisi unik menjadi cantik versi Cina pada zaman dahulu adalah dengan membentuk kaki mereka seperti kaki bayi. Kaki mungil ini mulanya hanya dijalankan oleh wanita keturunan bangsawan dan dianggap melambangkan keindahan dan kemakmuran. Proses pembentukan kaki seroja ini dilakukan sejak anak berusia empat sampai tujuh tahun. Awalnya, kaki akan dioles dengan ramuan tumbuh-tumbuhan dan darah hewan agar lemas dan kuku kaki dipotong sedalam mungkin. Lalu semua jarai-jari kaki akan ditekuk ke arah telapak kaki hingga tulang-tulangnya patah. Jari kaki yang menempel pada telapak kaki kemudian diikat erat dengan kain dan ditekuk sejajar dengan tunkai sampai ke punggung kaku lalu dibebat lagi dengan kain panjang. Hasilnya kaki akan tumbuh ideal dengan panjang 7-9 cm setelah pembebatan selama 2 tahun. Gadis tersebut akan berjalan sangat perlahan dengan bertumpu pada tumit sehingga cara berjalannya akan berlenggak lenggok. Nah, gaya berjalan inilah yang dianggap menggemaskan dan seksual bagi para pria. Ada-ada saja..
5. CHOPINES - Italia
Mulai dikenakan pada zaman renaissance, tetapi mereka masih banyak digemari oleh para wanita Italia hingga awal abad ke-17. Sepatu ini terbuat dari kayu yang dilapisi dengan sutra halus atau beludru, dihiasi dengan renda perak serta rumbai sutra. Pada era sekarang ini, hanya sejumlah kecil museum memiliki contoh asli sepatu chopines. Seperti Okobo Jepang, tujuan utama memakai Chopines adalah untuk mempercantik penampilan pemakainya. Sayangnya, sepatu Chopines jarang terlihat, bahkan dalam lukisan dari period eke periode, karena perempuan selalu mengenakan gaun panjang yang menutupi alas kaki mereka. Chopines tidak hanya membuat pemakainya lebih tinggi hingga 18 cm (5 inci) tapi juga membuat pemakainya terkesan lebih berkelas karena sangat mewah dan mahal.
6. Sepatu Kulit Kayu Birch - Finlandia

7. Heelless Shoes
Sepatu tanpa hak ini mulai dikenal di runaway Antonio Berardi pada tahun 2007 dan menjadi semakin terkenal saat dikenakan oleh Victoria Beckham pada tahun 2008. Meskipun sangat aneh dan terlihat akan sangat sulit untuk dipakai, namun para desainer mengatakan bahwa sepatu ini sangat seimbang. Meskipun terlihat tidak wajar dan sangat tidak nyaman, menurut para desainer di Inggris dan Italia, sepatu tanpa hak ini tidak menyebabkan pemakainya merasakan sakit di kaki mereka. Meskipun begitu, banyak ahli medis yang mengatakan bahwa sepatu ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kaki, lutut dan tulang belakang jika dipakai terus menerus. Para penggila fashion khususnya sepatu mulai menngincar sepatu ini meski pada mulanya mereka merasa agak takut akan ketidakseimbangan yang akan membuat mereka jatuh, namun setelah memakainya, mereka mengatakan bahwa memakai sepatu tanpa heels sama halnya seperti memakai sepatu biasa.